Kamis, 01 Desember 2016

Ini Aku Seseorang yang Sedang Berjuang Menjadi Wanita Mu


via pixabay.com
Biarkan diri ini menemukan jati dirinya..

Bahagia itu memang benar adanya..
Tanpa bahagia, mungkin kita tidak akan tahu rasa kecewa hingga rasa teramat sakit yaitu patah hati.
Namun dibalik bahagia pasti ada liku-liku duka yang harus dilewati.

Kita pernah untuk saling berkomitmen bahwa cinta harus memiliki satu sama lain nyatanya sekarang, cinta tak harus memiliki. Melihat mu bahagia dengan pilihan hati mu saja aku sudah merasa senang mendengarnya.

‘’Ketika cinta adalah perihal dimana kamu harus belajar mengikhlaskan’’

Mengikhlaskan disini dalam artian harus menerima kenyataan pahit yang tak bisa diterima oleh logika namun harus diterima oleh hati dan dinalar oleh perasaan. Sakit memang ketika menyatukan 2 kepala yang berbeda untuk menyatukan perasaan yang sama untuk satu tujuan yang sama.
Kenapa aku harus bangun dari mimpi indah ini? Dan mengetahui bahwa kenyataannya tak seindah mimpi?


Harapan hanya harapan. Aku yaa hanya gadis biasa yang tidak terkenal dan tidak tenar seperti mereka. Sekarang aku dan kamu hanyalah orang asing yang tak saling mengenal, mungkin kali ini hanya aku yang selalu mengharapkan mu sedangkan kamu mungkin tidak.

Kita berada ditempat yang sama dalam sebuah pertemuan seminar umum. Aku dibelakang punggung mu yang selalu ku pandang waktu dulu. Ya aku senang, aku bahagia bisa melihat punggung belakang mu yang indah dan bisa mendengar suara falls tawa mu. Entah kenapa ada sedikit goresan luka kecil yang terasa dihati ini goresan yang tidak akan kamu tahu dan tidak akan pernah kamu tahu setelah aku mengetahui kamu bersamanya, kamu bahagia, tertawa bersamanya, dan bercanda riang bersamanya..

Perbandingan bahagia kamu dengan perasaan sedih adalah 1000:1 dan itu kemungkinan besar 0,001% aku bisa mengharapkan mu kembali..

Yang bisa aku lakukan hanya tertawa bersama teman-teman satu geng ku agar aku terlihat tegar saat kamu bahagia bersamanya. Aku hanya berharap suara tawa ku bisa sampai ketelinga mu yang tak mungkin kamu dengar dan bahkan tak mungkin kamu ingin dengar.

Bagaimana aku bisa melupakan bayang-bayang indah mu jika diriku ini selalu bertemu kamu setiap hari? Setiap aktifitas-aktifitas yang selalu aku lakukan, ada kamu dalam pikiran ini. Seperti waktu-waktu yang terlewati dan hari-hari yang dijalani hanya kamu saja yang ada. Entah kenapa aku cemburu, aku sakit hati, kamu bercanda tawa dengannya.. Aghh!! Aku terlalu egois! Sangat egois! Aku yang bukan siapa-siapa kamu saja aku sudah teramat sakit. Mengetahui kamu bersamanya saja bukan lah hal biasa.. Kamu memilihnya, tipe pasangan idaman mu yang selalu kamu damba-dambakan.

Ya, aku cuma gadis biasa bukan tipe pasangan idaman mu, bukan pasangan ideal mu. Wajah ku tidak semulus dan seputih artis Selena Gomez. Rambut ku tidak berwarna seperti pemain aktor korea yang kamu sebut itu cute, dan tidak panjang seperti yang kamu inginkan. Tapi apakah cinta perlu alasan? Ku rasa tidak..

Jika aku terlalu menampakkan diri ku dihadapan mu terlampau sering maka kemungkinan kamu akan menghindari ku.. Maafkan aku yang terlalu egois mencintai mu.. Dan sekarang aku hanya bisa berharap.

Kurang lebih dua belas bulan, empat puluh delapan minggu dan tiga ratus lima puluh enam hari, sekian waktu berlalu sudah ku lewati hanya untuk mengharapkan mu kembali. Ahh, terlihat konyol sekali hampir terlihat bodoh seakan-akan tidak ada cinta yang lain saja. Hati ini masih tertuju padanya. Patah hati tentu saja ada dan dapat dirasakan dari bentuk pengabaian mengharapakan mu hingga bentuk penolakan yang tak pernah terpikir oleh ku sebelumnya.

Dalam waktu yang terbilang tidak terlalu singkat ini, tentu saja aku mencoba untuk berpindah hati, berharap ada seseorang yang mampu merebut posisi kamu dihati ini, namun sayang tetap saja hati ini berkata kamu yang terbaik dan kamu yang ternyaman dan seperti tahu kemana hati ini ingin pulang.

Bukan siapa-siapa kamu tapi tetap tahu aktifitas kamu, mengerti dirimu keseluruhan dari keburukkan-keburukkan yang kamu ingin tutupi namun masih bisa ku tahu, hingga sisi terbaikmu. Aku seperti merasa hanya aku saja yang menganggap mu spesial dihati ini.

Namun beberapa hari yang sudah terlewati ini, aku baru menyadari jika kamu tak kunjung untuk menengok ku, mungkin diri ini masih saja ada yang kurang dan mencoba untuk menutupi kekurangan ku. Berubah demi kamu yang pantas untuk kamu dambakan dan aku berpikir kembali mungkin kah kamu yang tidak pantas untuk ku dambakan suatu hari kelak?

Perubahan demi perubahan menjadi yang terbaik sudah dilakukan dan diusahakan agar bisa menutupi kekurangan ini. Sudah semaksimal mungkin rasanya. Jika boleh, ku perlihatkan hati ini bagaimana rasanya lelah berjuang sendirian hanya untuk seseorang yang aku inginkan. Perlahan aku tersadar, sebenarnya apa yang aku cari salama ini? Apa yang aku inginkan salama ini? Apa yang aku butuhkan selama ini?

Sebenarnya aku sedang memantaskan diri untuk dirinya, namun tidak dihargai. Dan mengingatkan ku bahwa langkah ku salah, aku hanya perlu memantaskan diri untuk menjadi seseorang yang tepat. Ya tepat dalam artian kita sama-sama satu tujuan menghargai bahwa seseorang memantaskan diri untuk diri kita. Usaha memantaskan diri. Menjadi yang tepat akan menemukan seseorang yang tepat dengan sendiri, kita hanya membuka hati dan meyakinkan bahwa sebuah pencapaian pasti ada proses yang panjang. Bukankah usaha tak pernah mendustakan hasil?

Membuka hati lagi artinya siap untuk patah hati lagi itu harus, itu adalah bekal, tanpa patah hati kita tidak akan tahu bagaimana sebuah keberhasilan dan tidak akan tahu bagaimana rasanya sebuah kegagalan yang sedang diraih matia-matian. Dari patah hati lah kita tahu proses liku-liku bagaimana menjadi seseorang yang tepat. Dari patah hati kita akan belajar bagaimana berdamai dengan diri sendiri disaat yang tepat.

Meski tetap saja pada dasarnya kamu adalah apa yang aku tulis disini.

Tertanda dariku yang sedang berusaha untuk menyembuhkan luka dari patah hatinya oleh pengabaian-pengabaian yang telah kamu perbuat. Tanpa kamu sadari aku telah banyak belajar dari mu. Terimakasih atas waktu yang sangat berharga ini. Aku sangat menikmatinya. Aku lupa bersyukur sebenarnya waktu kita masih bersama dulu dalam berbagi perhatian satu sama lain, kamu saja aku sudah merasa cukup lebih dari yang kamu kira.