Rabu, 15 Februari 2017

Menyatakan Perasaan Bagian 1



Pesan singkat itu datang, dari orang yang selalu ku sembunyikan perasaan ini. Mengingatkan ku kembali pada janji yang sudah kita buat.
"Besok aku jemput ya" 

Dan seperti yang kamu tahu aku sangat pemalas untuk bangun pagi-pagi sekali. Sesegera ku membalas pesan singkat mu dengan sedikit kecuekan ku.
"Males bangun" 

Kamu yang cukup keras kepala tetap meyakinkan ku untuk mengajak ku besok. 
"Kebiasaan deh, pokoknya besok aku jemput" 

Andai kamu tahu, malam itu aku hampir tidak bisa memejamkan mata untuk beranjak tidur karena memikirkan bagaimana kita akan besok, bagaimana aku akan menatap mu. Dan bagaimana aku bisa menyembunyikan perasaan ini. 

Apakah aku akan berpegangan tangan disaat aku merasakan takut? 

"Ddrrttt.. Ddrrttt.. Ddrrtt.." 
Hampir saja aku melupakan getaran handphone itu, dan hampir juga melupakan janji yang telah kita buat kemarin malam. Kita berencana akan pergi kepantai pagi ini. Kamu memaksa ku bangun, aku masih saja dengan kemalasan ku untuk beranjak dari tempat ternyaman ku untuk tidur. Kamu tahu akan kebiasaan ku yang satu ini, kamu pun mulai marah-marah. Aku mendengar samar-samar suara indah itu seperti suara marah-marah mu dibalik telepon tapi anehnya ini terdengar jelas.. dan benar saja kamu sudah menunggu ku didepan rumah. 

Kamu menunggu ku bersiap dengan sabar. Kamu tahulah kebiasaan cewek berdandan cukup lama, memperhatikan isi lemari nya yang kami anggap setiap kali ingin jalan kami menganggap telah kehabisan pakaian. 

Setelah selesai bersiap, aku pun menemui mu. Kamu asyik memainkan remote tv seraya menuggu ku, kamu mulai menatap ku. Ku kira kamu akan marah namun ternyata kamu hanya tersenyum, setelah aku menjawab siap atas pertanyaan mu, kita pun berangkat. 

Setelah beberapa jam berlalu desiran ombak pantai pun mulai terlihat dan terdengar, menyejukkan mata melihat pesisiran disekitar pantai. Kita pun mencari tempat masuk kepantai ini. 

Pantai ini sepi... Sepiii sekalii.. Hanya ada ibu-ibu penjual yang sedang menjaga warung makannya, maklum kita pergi bukan dihari libur dimana anak-anak sekolah pada menuntut ilmu dan seorang pekerja sedang melakukan rutinitasnya. Kita bagaikan seorang kekasih yang sedang kasmaran berdua ditengah-tengah desiran ombak yang menerjang kaki kita. Tak ada keluh kesah kamu ucap ketika kita menyisiri pantai yang sepi ini, bahkan kamu malah bertanya apakah aku bahagia, kata mu ini keinginan ku yang telah aku dambakan. Memang ini mau ku, kamu mewujudkan impian ku berlibur kepantai. Bahagia nya diri ini, hati ini, perasaan ini bahkan tak bisa terucap rasanya, aku hanya bisa mengangguk bahagia menjawab pertanyaan mu. Alangkah bahagia nya lagi "kamu menyatakan perasan mu disini" pikir ku dalam hati. Egois sekali rasanya memikirkan diri ini akan kebahagaian sendiri. Aku tidak memikirkan perasaan mu. Apakah kamu bahagia kata ku balik bertanya, kamu hanya tersenyum katamu kebahagian ku lebih penting. Kita berjalan sepanjang pantai yang sepi ini, bermain air dan mencari kerang. Ya pantai ini seperti milik kita berdua. 

Pantai yang sepi ini telah kita kelilingi, kamu sepertinya kelelahan dan menyuruhku untuk singgah ke warung makan, lucu sekali kamu merengek sedang kelaparan. 

"Muka kalian mirip, tulang pipi nya itu lho" Kata Ibu penjaga warung sambil meyodorkan mangkuk mie kuah ke arah kita.
"Hheheh..." Aku hanya bisa tertawa kecil sambil mengambil mangkuk mie kuah dan memberikannya ke kamu. 
"Beneran toh mba, kata orang jawa dulu kalo mirip artinya jodoh toh" 
"Hhhahah" kali ini aku tertawa cukup keras kamu melihat ku dengan senyuman tipis yang membuat ku selalu tidak tahan akan senyuman itu. 

Hampir saja aku kege'eran mengingat kita bukan siapa-siapa. Aku merasa seperti di ftv-ftv romantis dibilang jodoh senyum-senyuman sambil bertatapan, mereka pacaran dan dengan ending bahagia. Tapi sayangnya kisah kita tak seperti itu. Sedih memang. 

Rasanya sudah lelah seharian kita berada dipantai ini, pantai ini masih saja sepi. Aku mengajak mu untuk pulang dan kamu pun kelihatannya sudah sangat lelah dan mengantuk. 

Kamu megantarkan ku pulang, seperti biasa tak ada kata-kata romantis dan cium mesra dikening. Kamu pun pamit untuk pulang. 

Aku, masih saja bertanya-bertanya bagaimana perasaan mu terhadap ku? Bahagia kah kamu bersama ku? Bahagia kah kamu saat didekat ku? 



***